Rabu, 25 November 2015

Urgensi dan penomena pengenalan al-qur,an pada anak usia dini

Urgensi dan penomena pengenalan al-qur,an pada anak usia dini

A.    Urgensi pengenalan al-quran
Adapun tujuan taman kanak - kanak menurut kementerian pendidikan nasional (2010:4) adalah;
  • membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab 
  • mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis dan sosial peserta didik pada masa usia emas pertumbuhan dalam lingkungan beriman yang edukatif dan menyenangkan 
  • membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi nilai nilai agama dan moral, sosial emosional, kemandirian,kognitif dan bahasa serta fisisk motorik, untuk siap memasuki pendidikan dasar.
            Dari tujuan taman kanak - kanak menurut kementerian pendidikan nasional (2010:4) tersebut tegambar sangat penting pengenalan al-quran pada anak usia dini agar anak menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab dan dengan pengenalan al-quran pada anak dapat mengembangkan potensi kecerdasan spiritual. Dan dengan pengenalan al-qur,an maka anak mudah berkomunikai dengan Tuhan penciptannya, umat islam untuk berkomunikasi dengan Tuhannya menggunakan doa sedangkan doa tersebut huruf-huruf ada dalam alquran. 
  • Orang yang paling baik lagi mulia disisi Allah s.w.t diantara kamu semua ialah orang yang belajar al-Quran kemudian ia mengajarkannya kepada orang lain. (Riwayat Bukhari) Dari hadis tersebut  tergambar sangat penting pengenalan al-qur’an pada anak usia dini karena selain bermamafaat bagi anak juga bagi orang yang mengajarkannya 
  •  (al-Nawawi, 1995). menjelaskan takrifan hadis ini adalah tentang seseorang yang paling mulia disisi Allah s.w.t. ialah mereka yang mempelajari al-Quran dengan sebaik-baiknya dan kemudian mereka mengajarkan pula kepada orang lain. Maksud mempelajari disini bukanlah hanya sekadar belajar tetapi lebih mempelajari. Iaitu belajar memahami serta mengamalkan tanpa mengharapkan apa-apa balasan.Memahami pandangan dan Hadis di atas. Tegasnya matlamat terpenting pendidikan al-Quran ialah mendidik manusia supaya mengabdikan diri kepada Allah s.w.t sebagai seorang individu yang boleh berjaya ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Manakala bagi seorang muslim mewariskan al-Quran kepada generasi selanjutnya merupakan tugas dan tanggung jawab. Serta mempelajari serta mampu mengajarkan bagi seorang yang mempunyai ilmu dibidang al-Quran merupakan amalan pekerjaan yang terpuji lagi mulia.
Amar ma’ruf nahi munkar.
Dengan pengenalan al-qur’an pada anak akan mencegah perbuatan yang keji dan mungkar,karena alquran memiliki mamfaat diantaranya :
  • Dengan membaca Alquran hati kita akan menjadi tenang dan tenteram, tentunya mendapat pahala juga. 
  • Alquran merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada umatnya agar kita dapat hidup rukun, aman, tenteram, bahagia, selamat dunia akhirat. Karena Alquran merupakan petunjuk dalam menjalani kehidupan. 
  • Dengan membaca Alquran juga, insyaallah dapat menyembuhkan penyakit yang diderita. Selain itu ayat-ayat suci Alquran juga digunakan oleh orang-orang yang ahli untuk merukyah seseorang agar terbebas dari belenggu jin dan setan ataupun sihir yang mengganggu.
  • Tentunya masih banyak manfaat lain dari kebiasaan membaca Alquran dan mengamalkannya. Karena dengan Alquran kita dapat terjaga dan dijaga dari hal-hal yang kurang baik.
B.     Fenomena pengenalan al-qur’an
Pembelajaran al-Qur`an dalam masyarakat dianggap sebagai pendidikan kelas dua setelah pendidikan formal pada pagi hari. Sehingga muncul adanya sebuah realitas masyarakat Indonesia yaitu kurangnya antusiasme untuk belajar al-Qur`an, termasuk dalam memasukkan anaknya ke tempat-tempat pendidikan al-Qur`an. Pendidikan formal dirasa sudah mampu membekali anak mereka. Padahal belum tentu pendidikan agama diberikan sepenuhnya. Beranjak dari kenyataan, maka sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor extern. Salah satu faktor intern yang sangat mempengaruhi sikap keagamaan adalah tingkat usia. Usia remaja misalnya adalah saat manusia berada pada fase kamatangan seksual, sehingga pada usia ini, remaja sering mengalami konflik kejiwaan yang cendrung mempengaruhi terjadinya konfersi agama.
Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini, terutama di rumah-rumah keluarga muslim justru semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci al-Qur`an. Hal ini akibat perkembangan zaman dengan munculnya berbagai produk sain dan teknologi serta derasnya arus budaya asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca al-Qur`an sehingga banyak anggota keluarga tidak bisa membaca al-Qur’an bahkan sudah malas untuk belajar. Pada akhirnya kebiasaan membaca al-Qur`an sudah mulai langka di tengah-tengah masyarakat muslim di Indonesia. Suara-suara bacaan ayat-ayat suci yang biasa kita dengar setiap hari khususnya di petang hari kini digeser dengan suara-suara radio, TV, Tape recorder, karaoke, dan lain-lain. Kondisi masyarakat seperti ini sangat memprihatinkan belum lagi masalah akhlak, akidah dan pelaksanaan ibadah yang semakin hari semakin jauh dari tuntunan Rasulullah saw. Oleh karena itu dalam mengatasi hal itu, kerjasama dari semua pihak agar animo masyarakat untuk belajar sekaligus mengembalikan kebiasaan membaca al-Qur`an di rumah-rumah kaum muslimin dan membekalinya dengan nilai-nilai Islam sangat diperlukan, sehingga dengan sendirinya akan terbentuk lingkungan yang qur`ani.
Sumber:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar