Kamis, 08 Oktober 2015

teori kognitif dan intelegensi

“TEORI KOGNITIf DAN INTELEGENSI” 
Teori perkembangan kognitif
1.      Piaget`
  • Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
  • Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
  • Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun
  • Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode sensorimotor Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
  1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
  2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
  3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
  4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
  5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
  6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Tahapan praoperasional Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
·         Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
·         Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
·         Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
·         Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
·         Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
·         Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
2.      Vygotsky
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli.
o   Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak.
o   Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.
o   Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.
TEORI INTELEGENSI
a.       Teori Intelegensi Spearman
Charles Edward Spearman (1863-1945) merupakan ahli psikologi berkebangsaan Inggris yang sangat terkenal dengan temuannya tentang teknik statistik untuk mengetahui korelasi diantara variabel-variabel penelitian. Ia juga terkenal dengan istilah teknik analisis faktor. Analisis faktor adalah suatu bentuk teknik statistik yang digunakan untuk menemukan hubungan yang ada di antara dua jenis variabel yang kelihatannya tidak ada hubungan. Sperman menggunakan teknik ini untuk mengukur kemampuan kognitif anak. Teori Sperman tentang g dapat dijelaskan melalui analogi sebagai berikut  :
  • Dalam kondisi tertentu , skor tes mental individu dapat dibagi ke dalam dua faktor. Faktor pertama adalah skor yang selalu sama dalam setiap tes, faktor kedua adalah skor yang selalu bervariasi dalam setiap tes. Faktor pertama disebut sebagai faktor general (umum) atau faktor g, sementara faktor kedua disebut faktor spesifik. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa faktor g menunjukkan informasi mental yang lebih dominan daripada faktor spesifik.
  • Dalam intelegensi , faktor g adalah faktor yang berkaitan dengan inteligensi umum atau general intelelligence , yang merupakan kapasitas inteligensi yang dibawa sejak lahir dan mempengaruhi seluruh kemampuan individu. Faktor spesifik berkaitan dengan kemampuan khusus , seperti  perbedaan skor dalam tes yang berbeda, misalnya skor dalam tes matematika dan tes dalam skor bahasa. Spearman berkeyakinan bahwa apabila seseorang memiliki skor yang tinggi pada suatu bidang tertentu maka ia akan memiliki skor yang tinggi pula pada bidang yang lain ,  akan tetapi pada kasus-kasus tertentu, skor tersebut dapat berbeda.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Eysenck (1982) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat atau signifikan antara IQ dengan kemampuan kognitif dalam melakukan operasi kognitif. Tes ini sangat valid dan realiabel karena dapat menghindari bias yang ditimbulkan oleh latar belakang kebudayaan, lingkungan, pendidikan dan sosial ekonomi.
b.      Teori Intelegensi Thurstone
Thurstone memfokuskan teori intelegensinya pada satu faktor, yaitu g faktor, akan tetapi ia menekankan intelegensi pada tujuh kemampuan mental utama yang berbeda. Kemampuan mental tersebut meliputi :
  • Verbal comprehension ( kemampuan dalam pemahaman bahasa)
  • Reasoning ( kemampuan berpikir logis )
  • Perceptual speed ( kemampuan dalam mendeteksi kesamaan atau perbedaan dari berbagai desain / gambar )
  • Numerical ability ( kemampuan berhitung )
  • Word fluency ( kemampuan berpikir tentang kosa kata secara tepat )
  • Associative memory ( ingatan sosiatif )
  • Spatial visualization ( kemampuan dalam menentukan bentuk benda dalam posisi yang telah berubah )
Thurstone mengadakan penelitian tentang intelegensi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketujuh kemampuan mental tersebut berkolerasi positif antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian apabila seorang anak mendapatkan skor yang tinggi pada verbal comprehension atau kemampuan dalam pemahaman bahasa, maka ia akan memperoleh skor yang tinggi pula dalam kemampuan mental yang lainnya.
c.       Teori Intelegensi Guilford
Teori intelegensi yang dikemukakannya  menekankan multiple cognitive abilities atau kemampuan kognitif majemuk. Melalui penelitian yang dilakukannya , ia menemukan tiga komponen intelegensi , yaitu Operasi Intelegensi , Isi Intelegensi dan Produk Intelegensi. Operasi intelegensi mencakup kognitif,memori,berpikir divergen,berpikir konvergen, dan evaluasi. Isi intelegensi mencakup figural,simbol,semantik,dan perilaku. Produk intelegensi mencakup unit,klas,relasi,sistem,transformasi dan implikasi. Ketiga faktor yang berkaitan dengan intelegensi tersebut berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan 12 faktor, yang diperoleh lima bentuk operasi intelegensi dikali empat bentuk isi intelegensi, dikali 6 bentuk produk intelegensi atau 5 x 4 x 6 = 120
d.      Teori Intelegensi Cattel & Horn
Cattel & Horn mengemukakan dua dimensi intelegensi yang disebut dengan istilah fluid intelligence dan crystallized intelligence. Fluid intelligence berkaitan dengan kemampuan untuk mengembangkan teknik pemecahan masalah yang baru dan berbeda dari teknik sebelumnya. Crystallized intelligence berkaitan dengan kemampuan mengemukakan pengalaman-pengalaman yang telah dipelajari sebelumnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
e.       Teori Intelegensi Robert Strenberg
Stenberg mendefinisikan intelegensi sebagai aktivitas mental yang diarahkan pada kegiatan yang bertujuan untuk menyesuaikan diri , memilih , dan membentuk lingkungan yang sesuai dengan kehidupan individu. Dalam hal ini, individu yang sedanf melakukan kegiatan dalam memecahkan masalah menggunakan informasi yang telah diperolehnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.Stenberg juga mengembangkan teori yang dikenal dengan istilah Triarchi Theory of Intelegency yang terdiri dari :
  • Componential subtheory
Componen theory disebut juga dengan istilah analitycal intelligence yang berkaitan dengan kemampuan dalam memecahkan masalah. Pemecahan masalah ini dilakukan berdasarkan operasi mental secara bersamaan yang disebut metacomponents, yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka pemecahan masalah dan keputusan yang diambil dalam pemecahan masalah tersebut. Analitycal intelligence mencakup berikut ini :
Ø  Metacomponents yang berfungsi mengontrol, memonitor, dan mengevaluasi poses kognitif.
Ø  Performance components yang berfungsi melaksanakan strategi yang telah dibangunoleh metacomponents. Komponen ini merupakan operasi dasar yang dalam operasinya selalu melibatkan kegiatan kognitif sehingga manusia mampu memahami makna stimulus atau informasi yang ditangkap oleh pancaindera , menyimpan informasi tersebut dalam bentuk ingatan jangka pendek, lalu melakukan perhitungan yang diikuti oleh pertimbangan yang dilakukan dengan jalan membandingkannya dengan stimulus atau informasi lain yang dilaksanakan dengan jalan memanggil kembali ingatan jangka panjang.
Ø  Knowledge acquisition components , yaitu proses yang digunakan dalam memperoleh dan menyimpan pengetahuan baru. Kemampuan ini membantu manusia untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya atau dialaminya dan mengklasifikasikan hal tersebut sesuai dengan klasifikasinya dalam ingatan. Hasil dari proses tersebut dikenal dengan istilah skemata.
  • Experiental subtheory
Experiential subtheory atau creative intelligence, suatu kemampuan yang mencakup pemahaman atau insights, sintetis dan kemampuan bereaksi terhadap stimuluis dan situasi yang sulit yang menuntut tindakan kreatif dan inovatif. Strenberg meyakini bahwa semakin pintar individu maka semakin mudah bagi individu tersebut untuk menghadapi situasi-situasi yang sulit dan secara kreatif melakukan berbagai tindakan yang di butuhkan.  Experiencial subtheory mencakup dua aspek , yaitu novelty atau inovasi dan automatization atau automatisasi.
  • Contextual subtheory
Conxeptual subtheory atau practical intelligence mencakup kemampuan memahami dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari .
f.       Teori Intelegensi Gardner
Teori intelegensi yang dikembangkan oleh Gardner dikenal dengan istilah multiple intelligence. Teori ini dikembangkan berdasarkan keyakinan Gardner bahwa intelegensi tidak hanya ditentukan oleh satu faktor yang dikenal dengan General intelligence atau faktor g, akan tetapi terdiri atas sejumlah faktor.Teori intelegensi yang ia kembangkan berbasis skill dan kemampuan dalam berbagai kelompok yang terdiri atas 8 kelompok jenis intelegensi , yaitu :
  • Visual-Spatial Intelligence ( kecerdasan visual-spasial )
  • Verbal-linguistic Intelligence ( kecerdasan verbal linguistik )
  • Bodily-kinesthetic intelligence ( kecerdasan koordinasi gerak tubuh )
  • Logical-mathematical Intelligence ( kecerdasan mmatematika – logis )
  • Interper / rytmic intelligence ( kecerdasan musik / ritmik )
  • Intrapersonal Intelligence  ( kecerdasan intrapersonal )
  • Naturalistic Intelligence ( kecerdasan naturalistik )
Melalui teori intelegensi yang dikembangkannya, Gardner berusaha untuk mengoreksi beberapa kekeliruan yang dilakukan oleh psikologis sebelumnya yang tidak mempertimbangkan faktor biologis, oleh sebab itu mereka gagal menjelaskan kemampuan tertinggi dari intelegensi , yaitu kreativitas , dan ketidak pekaan para psikologis terdahulutentang peranan lingkungan sosial terhadap pengembangan intelegensi.
SUMBER:
See more at: http://utamitamii.blogspot.com/2012/04/teori-perkembangan-kognitif-
vygotsky.html#sthash.rcFSSCNX.dpuf