“TEORI KOGNITIf DAN INTELEGENSI”
Teori perkembangan kognitif
1.
Piaget`
- Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun
- Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode
sensorimotor Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan
selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor
adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
- Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
- Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Tahapan
praoperasional Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat
tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa
setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara
mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan
dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti
tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan
penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung
egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana
hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana
perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
Tahapan
operasional konkrit Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan.
Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa
penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
·
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
·
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
·
Decentering—anak mulai mempertimbangkan
beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh
anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
·
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah
atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama
dengan 4, jumlah sebelumnya.
·
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
·
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan
operasional formal Tahap operasional formal adalah periode terakhir
perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam
usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus
berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk
hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan
ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya),
menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
2.
Vygotsky
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan
bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut
Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky
berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis,
logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang
ahli.
o Konsep Zona
Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky
untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi
dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang
terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah
antara actual development dan potensial development, dimana
antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa
dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau
kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian
yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat
tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang
instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial
akan dapat memudahkan perkembangan anak.
o Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding
adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk
mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang
lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah
alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi
tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat
dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.
o Bahasa dan
Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan
saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan
tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa
unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky
mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan
kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka
sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa
untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan
bicara ekternal menjadi internal.
TEORI INTELEGENSI
a. Teori
Intelegensi Spearman
Charles Edward Spearman (1863-1945)
merupakan ahli psikologi berkebangsaan Inggris yang sangat terkenal dengan
temuannya tentang teknik statistik untuk mengetahui korelasi diantara
variabel-variabel penelitian. Ia juga terkenal dengan istilah teknik analisis
faktor. Analisis faktor adalah suatu bentuk teknik statistik yang digunakan
untuk menemukan hubungan yang ada di antara dua jenis variabel yang
kelihatannya tidak ada hubungan. Sperman menggunakan teknik ini untuk mengukur
kemampuan kognitif anak. Teori Sperman tentang g dapat dijelaskan melalui analogi
sebagai berikut :
- Dalam kondisi tertentu , skor tes mental individu dapat dibagi ke dalam dua faktor. Faktor pertama adalah skor yang selalu sama dalam setiap tes, faktor kedua adalah skor yang selalu bervariasi dalam setiap tes. Faktor pertama disebut sebagai faktor general (umum) atau faktor g, sementara faktor kedua disebut faktor spesifik. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa faktor g menunjukkan informasi mental yang lebih dominan daripada faktor spesifik.
- Dalam intelegensi , faktor g adalah faktor yang berkaitan dengan inteligensi umum atau general intelelligence , yang merupakan kapasitas inteligensi yang dibawa sejak lahir dan mempengaruhi seluruh kemampuan individu. Faktor spesifik berkaitan dengan kemampuan khusus , seperti perbedaan skor dalam tes yang berbeda, misalnya skor dalam tes matematika dan tes dalam skor bahasa. Spearman berkeyakinan bahwa apabila seseorang memiliki skor yang tinggi pada suatu bidang tertentu maka ia akan memiliki skor yang tinggi pula pada bidang yang lain , akan tetapi pada kasus-kasus tertentu, skor tersebut dapat berbeda.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Eysenck (1982)
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat atau signifikan antara IQ
dengan kemampuan kognitif dalam melakukan operasi kognitif. Tes ini sangat
valid dan realiabel karena dapat menghindari bias yang ditimbulkan oleh latar
belakang kebudayaan, lingkungan, pendidikan dan sosial ekonomi.
b. Teori
Intelegensi Thurstone
Thurstone memfokuskan teori
intelegensinya pada satu faktor, yaitu g faktor, akan tetapi ia menekankan
intelegensi pada tujuh kemampuan mental utama yang berbeda. Kemampuan mental
tersebut meliputi :
- Verbal comprehension ( kemampuan dalam pemahaman bahasa)
- Reasoning ( kemampuan berpikir logis )
- Perceptual speed ( kemampuan dalam mendeteksi kesamaan atau perbedaan dari berbagai desain / gambar )
- Numerical ability ( kemampuan berhitung )
- Word fluency ( kemampuan berpikir tentang kosa kata secara tepat )
- Associative memory ( ingatan sosiatif )
- Spatial visualization ( kemampuan dalam menentukan bentuk benda dalam posisi yang telah berubah )
Thurstone mengadakan penelitian
tentang intelegensi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketujuh
kemampuan mental tersebut berkolerasi positif antara satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian apabila seorang anak mendapatkan skor yang tinggi pada verbal
comprehension atau kemampuan dalam pemahaman bahasa, maka ia akan memperoleh
skor yang tinggi pula dalam kemampuan mental yang lainnya.
c. Teori
Intelegensi Guilford
Teori intelegensi yang dikemukakannya
menekankan multiple cognitive abilities atau kemampuan kognitif majemuk.
Melalui penelitian yang dilakukannya , ia menemukan tiga komponen intelegensi ,
yaitu Operasi Intelegensi , Isi Intelegensi dan Produk Intelegensi. Operasi
intelegensi mencakup kognitif,memori,berpikir divergen,berpikir konvergen, dan
evaluasi. Isi intelegensi mencakup figural,simbol,semantik,dan perilaku. Produk
intelegensi mencakup unit,klas,relasi,sistem,transformasi dan implikasi. Ketiga
faktor yang berkaitan dengan intelegensi tersebut berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan 12 faktor, yang diperoleh lima
bentuk operasi intelegensi dikali empat bentuk isi intelegensi, dikali 6 bentuk
produk intelegensi atau 5 x 4 x 6 = 120
d. Teori
Intelegensi Cattel & Horn
Cattel & Horn mengemukakan dua
dimensi intelegensi yang disebut dengan istilah fluid intelligence dan
crystallized intelligence. Fluid intelligence berkaitan dengan kemampuan untuk
mengembangkan teknik pemecahan masalah yang baru dan berbeda dari teknik
sebelumnya. Crystallized intelligence berkaitan dengan kemampuan mengemukakan
pengalaman-pengalaman yang telah dipelajari sebelumnya dalam memecahkan masalah
yang dihadapi.
e. Teori
Intelegensi Robert Strenberg
Stenberg mendefinisikan intelegensi
sebagai aktivitas mental yang diarahkan pada kegiatan yang bertujuan untuk
menyesuaikan diri , memilih , dan membentuk lingkungan yang sesuai dengan
kehidupan individu. Dalam hal ini, individu yang sedanf melakukan kegiatan
dalam memecahkan masalah menggunakan informasi yang telah diperolehnya untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.Stenberg juga mengembangkan teori yang
dikenal dengan istilah Triarchi Theory of Intelegency yang terdiri dari :
- Componential subtheory
Componen theory disebut juga dengan istilah
analitycal intelligence yang berkaitan dengan kemampuan dalam memecahkan
masalah. Pemecahan masalah ini dilakukan berdasarkan operasi mental secara
bersamaan yang disebut metacomponents, yaitu langkah-langkah yang ditempuh
dalam rangka pemecahan masalah dan keputusan yang diambil dalam pemecahan
masalah tersebut. Analitycal intelligence mencakup berikut ini :
Ø Metacomponents
yang berfungsi mengontrol, memonitor, dan mengevaluasi poses kognitif.
Ø Performance
components yang berfungsi melaksanakan strategi yang telah dibangunoleh
metacomponents. Komponen ini merupakan operasi dasar yang dalam operasinya
selalu melibatkan kegiatan kognitif sehingga manusia mampu memahami makna
stimulus atau informasi yang ditangkap oleh pancaindera , menyimpan informasi tersebut
dalam bentuk ingatan jangka pendek, lalu melakukan perhitungan yang diikuti
oleh pertimbangan yang dilakukan dengan jalan membandingkannya dengan stimulus
atau informasi lain yang dilaksanakan dengan jalan memanggil kembali ingatan
jangka panjang.
Ø Knowledge
acquisition components , yaitu proses yang digunakan dalam memperoleh dan
menyimpan pengetahuan baru. Kemampuan ini membantu manusia untuk mengingat
hal-hal yang telah dipelajarinya atau dialaminya dan mengklasifikasikan hal
tersebut sesuai dengan klasifikasinya dalam ingatan. Hasil dari proses tersebut
dikenal dengan istilah skemata.
- Experiental subtheory
Experiential subtheory atau creative
intelligence, suatu kemampuan yang mencakup pemahaman atau insights, sintetis
dan kemampuan bereaksi terhadap stimuluis dan situasi yang sulit yang menuntut
tindakan kreatif dan inovatif. Strenberg meyakini bahwa semakin pintar individu
maka semakin mudah bagi individu tersebut untuk menghadapi situasi-situasi yang
sulit dan secara kreatif melakukan berbagai tindakan yang di butuhkan.
Experiencial subtheory mencakup dua aspek , yaitu novelty atau inovasi dan
automatization atau automatisasi.
- Contextual subtheory
Conxeptual subtheory atau practical intelligence
mencakup kemampuan memahami dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari .
f. Teori
Intelegensi Gardner
Teori intelegensi yang dikembangkan
oleh Gardner dikenal dengan istilah multiple intelligence. Teori ini
dikembangkan berdasarkan keyakinan Gardner bahwa intelegensi tidak hanya
ditentukan oleh satu faktor yang dikenal dengan General intelligence atau
faktor g, akan tetapi terdiri atas sejumlah faktor.Teori intelegensi yang ia kembangkan
berbasis skill dan kemampuan dalam berbagai kelompok yang terdiri atas 8
kelompok jenis intelegensi , yaitu :
- Visual-Spatial Intelligence ( kecerdasan visual-spasial )
- Verbal-linguistic Intelligence ( kecerdasan verbal linguistik )
- Bodily-kinesthetic intelligence ( kecerdasan koordinasi gerak tubuh )
- Logical-mathematical Intelligence ( kecerdasan mmatematika – logis )
- Interper / rytmic intelligence ( kecerdasan musik / ritmik )
- Intrapersonal Intelligence ( kecerdasan intrapersonal )
- Naturalistic Intelligence ( kecerdasan naturalistik )
Melalui teori intelegensi yang
dikembangkannya, Gardner berusaha untuk mengoreksi beberapa kekeliruan yang
dilakukan oleh psikologis sebelumnya yang tidak mempertimbangkan faktor
biologis, oleh sebab itu mereka gagal menjelaskan kemampuan tertinggi dari
intelegensi , yaitu kreativitas , dan ketidak pekaan para psikologis
terdahulutentang peranan lingkungan sosial terhadap pengembangan intelegensi.
SUMBER:
See more at:
http://utamitamii.blogspot.com/2012/04/teori-perkembangan-kognitif-
vygotsky.html#sthash.rcFSSCNX.dpuf